1.
Budaya Jawa Barat
Jawa Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Jawa.
Provinsi ini terletak di sebelah DKI Jakarta sehingga banyak pendatang yang
menetap di provinsi ini. Ibu kotanya ialah Bandung. Provinsi ini bersempadan
dengan:
- Provinsi Banten dan DKI Jakarta di sebelah barat;
- Lautan Hindi di sebelah selatan;
- Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur; dan
- Laut Jawa serta DKI Jakarta di sebelah utara.
yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental
sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulaia dari bahasa yang unik , tarian
jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan
mengagumkan, yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung ini adalah alat musik
yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya, ini
adalah ciri khas jawa barat berikut beberapa foto dari budaya jawa barat
Budaya di Provinsi Jawa Barat banyak dipengaruhi oleh Budaya
Sunda. Kesenian bela diri yang berasal dari Jawa Barat ialah Tarung Drajat,
semacam Pencak Silat. Berikut adalah senarai kesenian yang berasal dari Jawa
Barat
- Tari Jaipongan
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari
kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada
kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui
dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada
Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan
beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki
inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama
Jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
- Tari Topeng
Tari topeng dari Cirebon, merupakan salah satu tarian di tatar
Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng disaat
menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami
perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang
tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan
oleh beberapa orang.
Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari
topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan
yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Menakjingga
yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili
masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan
topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menakjingga
(disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang
berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha
Soeradiredja.
Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik
yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari
topeng.
- Tari Merak
Tari Merak menggambarkan kehidupan satwa burung Merak yang
mempunyai keanggunan, keindahan dan kelincahan gerak-geriknya dalam kehidupan
burung Merak yang sedang bercanda ria didalam alam jagad raya ini. Tari ini
adalah tarian yang dimainkan wanita. Ia adalah tari klasik Sunda yang
menyimbolkan kecantikan alam
Selain itu Jawa Barat memiliki senjata tradisional yang
disebut dengan Kujang dan Rumah adatnya bernama Keraton Kasepuhan
Cirebon
Senjata kujang
Keraton Kasepuhan Cirebon
2.Lagu yang
berkaitan dengan manusia dan cinta kasih
Pengarang : IWAN FALS
KEMESRAAN
Suatu hari
Di kala kita duduk di tepi pantai
Dan memandang ombak di lautan yang kian menepi
Burung camar terbang
Bermain di derunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita
Sementara
Sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu
Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu
3. Cerpen yang
Berhubungan Manusia dan Keindahan
Cerpen Karangan:
Salim Ali
Keindahan Langit
Pada hari itu aku sedang duduk termenung dan melihat ke
langit. Betapa indah ciptaanmu tuhan. Aku selalu dibuat terkagum-kagum dengan
semua ciptaanmu. Betapa indah semua yang telah kau ciptakan di bumi dan di
langit. Aku selalu bersyukur dengan semua rahmat yang kau berikan.
Tak lama kemuadian ibuku nemanggil..
“Arif…” (itulah namaku)
“iya bu’… Ada apa?”
“ibu mau minta tolong nak…”
“minta tolong kenapa bu?..
“tolong belikan ibu gula di kios pak hadi nak..”
“oohhh iya bu.. Siap laksanakan..” sambil sedikit bercanda..
“Arif…” (itulah namaku)
“iya bu’… Ada apa?”
“ibu mau minta tolong nak…”
“minta tolong kenapa bu?..
“tolong belikan ibu gula di kios pak hadi nak..”
“oohhh iya bu.. Siap laksanakan..” sambil sedikit bercanda..
Aku pun bergegas pergi.. Tapi sebelum aku keluar dari pintu
rumah.. Ibu kembali memanggil ku..
“Arif.. arif… Tunggu ibu..” Sambil berteriak mengejarku..
“ada apa bu’? Kenapa begitu tergesagesa?”
“ibu mau bilang jangan lama nak.. Soalnya ibu mau pake cepat.”
Dengan sedikit kaget aku menjawab. “aaah.. Ibu kirain ada apa.. Iya ibu saya akan cepat..”
“Arif.. arif… Tunggu ibu..” Sambil berteriak mengejarku..
“ada apa bu’? Kenapa begitu tergesagesa?”
“ibu mau bilang jangan lama nak.. Soalnya ibu mau pake cepat.”
Dengan sedikit kaget aku menjawab. “aaah.. Ibu kirain ada apa.. Iya ibu saya akan cepat..”
Setelah itu aku pun pergi dengan tergesa gesa.. Dengan sangat
cepat aku berlari.. Angin yang bertiup sedikit dingin membuatku semangat.. Tak
lama aku telah sampai di kios pak hadi..
“assalamuallaikum..”
Dengan sedikit kaget pak hadi berteriak..
“wa.. Walaikumsalam.. Ternyata kamu dan..”
“iyaahh pak.. Saya mau beli gula pak..”
“ooohh.. Tunggu sebentar..”
“assalamuallaikum..”
Dengan sedikit kaget pak hadi berteriak..
“wa.. Walaikumsalam.. Ternyata kamu dan..”
“iyaahh pak.. Saya mau beli gula pak..”
“ooohh.. Tunggu sebentar..”
“dan.. Ini gulanya..”
“iyaahh makasih pak… Saya pulang dulu pak..”
“iya dan hati hati..”
“iyaahh makasih pak… Saya pulang dulu pak..”
“iya dan hati hati..”
Tak lama kemuadian suara gemuruh yang sangat keras terdengar
dari langit.. Awan putih pun seketika berubah menjadi gelap.. Ketika mendengar
suara itu aku terdiam sejenak dan melihat ke arah langit.. Aku pun mulai
terpaku kembali.. Dengan maha kuasanya tuhan.. Seketika aku tersentak merasa
sedikit kaget dan melihat gula di tangan kanan ku..
“oohh iyaa.. Ibu kan menyuruh ku cepat..”
Aku pun berlari sekencang kencangnya.. Dengan cuaca yang sedikit mendung.. Seakan runtuhan hujan mengejarku..
“oohh iyaa.. Ibu kan menyuruh ku cepat..”
Aku pun berlari sekencang kencangnya.. Dengan cuaca yang sedikit mendung.. Seakan runtuhan hujan mengejarku..
Setelah sampai ke rumah..
“assallamualaikum bu..”
“wa.. Wa.. Wa…” tak sempat menjawab
“bu bu ini gulanya..” dengan wajah yang tergesa - gesa
“walaikumsalam” sedikit kaget
“assallamualaikum bu..”
“wa.. Wa.. Wa…” tak sempat menjawab
“bu bu ini gulanya..” dengan wajah yang tergesa - gesa
“walaikumsalam” sedikit kaget
Aku pun lari ke depan teras rumahku dan melihat air yang turun
dari langit yang begitu teratur.. Aku tersipu kagum dengan semua itu.. Sungguh
indah.. Hujan pun seketika berhenti dengan cepat.. Aku pun turun ke luar rumah
sambil menatap sekitarku yang telah basah oleh siram hujan.. Cahaya matahari
pun keluar dengan malu-malu dan melihat warna-warna yang tersusun rapi di
langit.. “itu pelangi” aku pun semakin terpukau.. “ya tuhan apakah ini yang
disebut dengan keindahan langit.. Betapa besar kekuasaanmu tuhan.. Aku
bersyukur bisa dilahirkan seperti ini yang masih bisa menjadi saksi kebesaran
mu tuhan.. Terima kasih atas keindahan langitmu hari ini..”
REFERENSI :
0 komentar:
Posting Komentar