Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 22 November 2014

BULLYING



A. Pengertian Bullying
Perbuatan bullying, yaitu perbuatan yang menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, ataupun psikologis yang biasanya sulit dihindari dalam sebuah lingkungan sosial. Tindakan ini bisa dengan mudah dikenali, diantaranya adalah intimidasi, pelecehan, diskriminasi, pengucilan, ejekan, kekerasan secara fisik dan mental yang dilakukan terhadap orang lain.Hal ini juga menyita perhatian banyak kalangan, mengingat bullying dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan psikologis anak, terutama jika hal tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Mulai dari tindakan memukul, mendorong, mengejek, mengancam, dan memalak uang demi kepentingan pribadi.
Kini, bullying tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tapi bisa lewat email, chatting, internet yang berisi pesan-pesan yang dapat menyinggung perasaan orang lain.
Bullying adalah bentuk agresi pada satu atau lebih anak secara berulang yang dengan sengaja mengintimidasi, melecehkan, atau membahayakan secara fisik korban yang dianggap tidak mampu membela dirinya sendiri.
Karakteristik lain bullying adalah adanya pengulangan dari waktu ke waktu dan adanya hubungan yang tidak seimbang antara korban dan pelaku. Dimana korban menganggap diri mereka lebih lemah dan tidak mampu membalas pengganggu mereka. 
contoh gambar dari Bullying :





B. Tanda dan gejala terjadi Bullying
1. Adanya luka pada tubuhnya tanpa penyebab yang jelas.
Adanya perubahan pola hidup pada anak seperti kehilangan nafsu makan, tidur tidak nyenyak, atau tidak menikmati kegiatan yang biasanya dia sukai.
2. Pakaian robek atau barang hilang
Jika anak kembali dari sekolah dengan keadaan pakaian yang robek atau ada barang miliknya yang hilang tanpa penjelasan yang masuk akal, sebaiknya Anda menyelidiki kemungkinan penyebabnya dengan cara yang tepat dan mendukung.
3. Mengalami penyakit fisik
Sakit atau berpura-pura sakit untuk menghindari sekolah bisa menjadi indikasi adanya trauma emosional. Bullying dapat secara negatif memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh karena hal tersebut Anda harus waspada terhadap penyebabnya.
4. Malas untuk pergi ke sekolah
Jika anak Anda adalah siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah dan tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi ke sekolah atau prestasinya mulai menurun, ada baiknya Anda berbicara dengan anak dan gurunya tentang kemungkinan penyebabnya. Guru mungkin dapat memberikan penjelasan yang bisa Anda pahami berkaitan dengan hubungan anak dengan teman-temannya.
5. Berperilaku menyakiti diri sendiri
Karena malu dan bingung, banyak korban bullying sulit meminta bantuan. Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala seperti menyakiti diri sendiri , pembicaraan tentang bunuh diri atau melarikan diri, atau perilaku berbahaya lainnya.
6. Merasa rendah diri
Jangan pernah mengabaikan kecemasan, depresi atau tanda rendah diri yang muncul tiba-tiba. Karena setiap perilaku stres apa pun membutuhkan perhatian orang tua dengan segera. Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak, sehingga mereka merasa cukup aman untuk berbicara yang terbuka dan jujur tentang ketakutan yang mereka alami.
7. Senang menyendiri
Jika anak mulai mengisolasi diri dari teman dan keluarga, dapatkan solusi yang tepat untuk mengetahui apa alasannya. Menutup diri atau senang menyendiri pada anak, ada kemungkinan anak tersebut telah menjadi korban bullying. Cobalah Anda melakukan pendekatan yang lebih halus pada anak Anda, agar anak Anda mau menceritakan tentang keadaan yang sebenarnya.

C. Penyebab Terjadi Bullying
1. Perjalanan seorang anak tumbuh menjadi remaja pelaku agresi cukup kompleks, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor; biologis, psikologis dan sosialkultural.  Secara biologis, ada kemungkinan bahwa beberapa anak secara genetik cenderung akan mengembangkan agresi dibanding anak yang lain.
2. Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan sebenarnya memiliki ketrampilan sosial yang rendah; anak-anak ini memiliki kemampuan perspective taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak berkembang, dan salah mengartikan sinyal atau tanda-tanda sosial, mereka yakin bahwa agresi merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan efektif.
3. Faktor pubertas dan krisis identitas, yang normal terjadi pada perkembangan remaja. Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja lalu gemar membentuk geng. Geng remaja sebenarnya sangat normal dan bisa berdampak positif, namun jika orientasi geng kemudian ’menyimpang’ hal ini kemudian menimbulkan banyak masalah.
4. Secara sosiokultural, bullying dipandang sebagai wujud rasa frustrasi akibat tekanan hidup dan hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Tanpa sadar, lingkungan memberikan referensi kepada remaja bahwa kekerasan bisa menjadi sebuah cara pemecahan masalah. 

D. Dampak Dari Perbuatan Bullying
1. Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Dampak Jangka Panjang Hilda (2009) menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada para korban dan pelakunya.
3. Gangguan Emosi Korban biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak berdaya menghadapinya.
4. Dampak Psikologis Dampak psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan untuk timbulnya masalah pada korban, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, dan ingin bunuh diri.
5. Konsentrasi Belajar Terganggu Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman.

E. Pencegahan Perbuatan Bullying
1.Untuk mencegah dan menghambat munculnya tindak kekeraran di kalangan remaja, diperlukan peran dari semua pihak yang terkait dengan lingkungan kehidupan remaja.
2.Sedini mungkin, anak-anak memperoleh lingkungan yang tepat. Keluarga-keluarga semestinya dapat menjadi tempat  yang nyaman untuk anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya. Orang tua hendaknya mengevaluasi pola interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain.
3.Berikan penguatan atau pujian pada perilaku pro sosial yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya dorong anak untuk mengambangkan bakat atau minatnya dalam kegiatan-kegiatan dan orang tua tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak menunjukkan adanya masalah yang bersumber dari sekolah.
4.Selama ini, kebanyakan guru tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi di antara murid-muridnya. Sangat penting bahwa para guru memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai pencegahan dan cara mengatasi bullying.
5.Kurikulum sekolah dasar semestinya mengandung unsur pengembangan sikap prososial dan guru-guru memberikan penguatan pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
6.Jangan anggap remeh Masih banyak orang tua yang menganggap kakak kelas mengintimidasi adik kelas sebagai sebuah tradisi, demikian juga  perlakuan kasar yang diterima anak dari temannya sering diabaikan karena akan berlalu seiring dengan waktu. Saatnya untuk mengubah pandangan tersebut. Jalin komunikasi yang dalam dengan anak, berilah perhatian lebih bila anak tiba-tiba murung dan malas ke sekolah.
7.Ajari anak untuk melindungi dirinya Ajari anak untuk bersikap self defense dalam arti menghindari diri dari korban atau pelaku kekerasan. Katakan kepadanya, “Kalau kamu dipukul temanmu, kamu harus memberitahukan kepada Ibu Guru.” Bukan malah mengajarkan perilaku membalas atau menggunakan kekuatan dalam mempertahankan diri. Selain itu, ajarkan pula untuk bersikap asertif atau mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang memang seharusnya tidak dilakukan. Selain itu, jangan biasakan anak membawa barang mahal atau uang berlebih ke sekolah karena bisa berpotensi menjadi incaran pelaku bullying. Pupuk kepercayaan diri anak, misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan ekskul.
8.Bina relasi dengan guru dan orangtua murid Bina relasi dan komunikasi yang baik dengan guru di sekolah atau orangtua murid lainnya. Anda bisa mendapatkan informasi adanya kasus bullying atau melaporkan kepada guru bila si kecil bercerita mengenai temannya yang dipukul

Referensi :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About